Pembelian Twitter oleh Elon Musk Menjadi Kesepakatan Terburuk bagi Bank Sejak Krisis 2008
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Menurut The Wall Street Journal, pembelian Twitter atau X oleh Elon Musk telah menjadi kesepakatan pembiayaan pembelian terburuk bagi bank sejak resesi 2008. The Wall Street Journal melaporkan bahwa pinjaman sebesar 13 miliar dolar AS (sekitar Rp 201,5 triliun) yang digunakan Elon Musk untuk membiayai pembelian Twitter masih tercatat di neraca tujuh bank yang mendanai kesepakatan tersebut.
Dilansir Business Insider pada Rabu (21/8/2024), hal ini sebagian besar disebabkan oleh kinerja buruk perusahaan. Biasanya, pemberi pinjaman akan segera mencairkan pinjaman untuk menghapusnya dari pembukuan mereka dan memungut biaya yang terkait dengan penjualan utang, namun situasi ini tidak terjadi dalam kasus pinjaman Musk.
Menurut data dari PitchBook LCD yang dikutip oleh The Wall Street Journal, pinjaman yang dikeluarkan untuk Elon Musk oleh bank-bank termasuk Morgan Stanley, Bank of America, dan Barclays, telah ditahan selama 22 bulan. Ini menjadi kesepakatan pembiayaan utang terlama yang belum terjual sejak Krisis Keuangan Besar.
Baca Juga: Studi: Masih Banyak Orang Indonesia Gemar Belanja Kebutuhan Sehari-hari di Toko Fisik
Sumber-sumber menyatakan kepada media bahwa bank-bank bersedia membiayai kesepakatan pembelian Twitter oleh Elon Musk terutama karena reputasinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia, yang membuat peluang tersebut terlalu menarik untuk dilewatkan. Sumber-sumber mengungkapkan bahwa pinjaman yang terkait dengan pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk telah menjadi beban besar di neraca bank.
Beberapa bank telah mengurangi nilai pinjaman tersebut secara signifikan sejak kesepakatan dilakukan pada akhir tahun 2022. Menurut sumber tersebut, beban utang yang diakibatkan oleh pinjaman untuk pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk telah membatasi jumlah uang yang tersedia bagi bank untuk merger dan transaksi pembiayaan lainnya.
Utang dari pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk telah menggerogoti gaji para bankir. Sejumlah bankir M&A mengalami pengurangan kompensasi hingga 40 persen pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pinjaman yang masih tertahan di neraca bank, dengan pinjaman terbesar adalah untuk pengambilalihan Twitter.
Menurut laporan tersebut, meskipun pinjaman yang diberikan untuk pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk menimbulkan beban, ia juga telah menghasilkan sejumlah uang tunai bagi pemberi pinjaman melalui pembayaran bunga yang besar. Menurut laporan The Wall Street Journal, bank dapat memperoleh kembali nilai total utang yang terkait dengan pinjaman Elon Musk jika perusahaan X mampu membayar kembali pokok pinjaman saat jatuh tempo.
Namun, pemberi pinjaman memperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 31 triliun) terkait dengan kesepakatan ini. Meskipun Elon Musk telah melakukan perombakan dan pemangkasan biaya yang kontroversial, perusahaan X masih menghadapi kesulitan keuangan. Menurut Bloomberg, perusahaan ini membukukan pendapatan sebesar 1,48 miliar dolar AS (sekitar Rp 22,9 triliun) pada paruh pertama tahun 2023, menunjukkan penurunan sebesar 40 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.