Rana

Museum Song Terus Gelar Diskusi Publik untuk Penguatan Kolaborasi Edukasi dan Pariwisata

Museum Song Terus di Pacitan, Jawa Timur.
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN -- Museum Song Terus di Pacitan, Jawa Timur, mengadakan diskusi publik bertema "Museum Song Terus Membangun Jejaring". Kegiatan tersebut bertujuan untuk membuka potensi kolaborasi dalam aspek edukasi dan pariwisata.

Hal ini sebagai bentuk komitmen untuk menjadikan Museum Song Terus sebagai salah satu pusat edukasi dan pengetahuan prasejarah. Terselenggaranya diskusi publik ini didasarkan dengan semangat dan tujuan dalam menjunjung tinggi nilai sejarah dan budaya serta menyambut peluang-peluang di masa mendatang.

Diskusi publik yang digelar melibatkan berbagai pihak penting dari sektor pariwisata. Penanggung Jawab Unit Museum Song Terus, Albertus Nikko Suko Dwiyanto, menyatakan harapannya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan agar Museum Song Terus dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan untuk pemanfaatan fasilitas yang dimiliki oleh Museum Song Terus untuk keperluan kegiatan edukasi dan pendidikan siswa di daerah Pacitan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Dukung Gaya Hidup Sehat, Herbathos Berkolaborasi Bersama BPOM di Wellness Festival 2024

"Harapannya, kami bisa berkolaborasi dengan institusi pendidikan di berbagai tingkatan, agar dapat mengikuti aktivasi dan program Museum Song Terus untuk bersama-sama memanfaatkan fasilitas museum, khususnya keperluan pendidikan anak-anak di daerah Pacitan maupun dari daerah lainnya," kata Nikko.

Hal itu disetujui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, Budianto, yang menegaskan pentingnya edukasi arkeologi dan sejarah melalui beragam aktivasi dan program museum. Budianto menyebutkan bahwa pada 2015, Indonesia berhasil masuk dalam Geopark Network dengan Pacitan sebagai bagian dari Geopark Gunung Sewu.

"Hal ini merupakan tanggung jawab kita untuk memperkuat eksistensinya melalui edukasi di institusi pendidikan. Museum merupakan sumber ilmu yang penting, dimana akan membantu kita mengenal dan menghargai masa lalu dan kebudayaan yang luar biasa," tutur Budianto.

Baca Juga: Tiga Pameran B2B Terbesar Asia Tenggara Kembali Diselenggarakan di Indonesia

Sarat Nilai Historis dan Edukasi

Museum Song Terus merupakan salah satu dari 18 museum dan 34 cagar budaya nasional di bawah tanggung jawab Indonesian Heritage Agency (IHA). Museum Song Terus merupakan sebuah museum baru yang dibuka untuk umum sejak Oktober 2022, berfokus pada perjalanan manusia, kebudayaan, dan lingkungan alam di Gunung Sewu sejak zaman prasejarah.

Dengan koleksi sekitar 5.000 artefak yang terbagi dalam enam ruangan, museum ini menampilkan berbagai benda budaya seperti perkakas batu, temuan artefak seperti alat-alat masif serta alat-alat serpih besar dan tulang binatang masa lalu seperti temuan tulang badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Telaga Guyangwarak. Ada pula replika kerangka manusia serta fosil flora dan fauna yang berada di kawasan tersebut. Museum ini juga berada di dekat situs prasejarah Gua Song Terus, menambah nilai historis dan edukasi.

Optimalkan Potensi Wisata

Selain sebagai pusat edukasi mengenai prasejarah, hal lainnya yang disoroti adalah dalam hal pariwisata. Industri pariwisata Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan total kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 11.677.825 pada 2024.

Baca Juga: KPPN Bogor Hadirkan Layanan Prioritas Ramah Kelompok Rentan

Wisatawan dari berbagai negara memberikan kontribusi besar, di antaranya Singapura (19,9 persen), Malaysia (29,1 persen), Australia (22,6 persen), Timor Leste (11,4 persen), dan China (17 persen). Seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan ini, para pelaku wisata harus semakin adaptif terhadap teknologi dan tren pariwisata terkini.

Menanggapi terkait sektor pariwisata, Hasto Hidayatullah dari Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Jawa Timur, berpendapat bahwa kolaborasi pentahelix adalah kunci untuk mengembangkan potensi wisata dan pendidikan. Kolaborasi pentahelix artinya melibatkan akademisi, pemerintah, industri wisata, komunitas masyarakat, dan media.

Selain itu, memadupadankan tren perjalanan pariwisata seperti bleisure (business & leisure), wellness experience, deep & meaningful, serta set-jetting juga tak kalah penting. Gabungan perjalanan bisnis dengan kegiatan wisata, fokus pada kebugaran diri, memberikan pengalaman wisata yang mendalam dan berarti, serta menetapkan lokasi syuting film sebagai destinasi wisata dapat menjadi beberapa hal yang dapat diterapkan ke depannya. 

"Kita harus fokus, wisatawan itu bagaimana caranya agar experience-nya dapat," ujar Hasto. Ia juga mengungkapkan peluang kerja sama dengan ASITA Jatim dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata untuk memastikan pelaku wisata memiliki kompetensi yang diperlukan.

Dengan saat ini Indonesian Heritage Agency (IHA) berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU) yang beroperasi di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, memperoleh fleksibilitas dalam pengelolaan anggaran dan sumber daya, memungkinkan IHA menjalin kemitraan strategis dan mengadopsi praktik manajemen yang efisien.

"Tujuan transformasi di Museum Song Terus adalah meningkatkan aksesibilitas dan mendorong pengalaman pengunjung yang lebih baik. Kami terus berusaha memperbaiki diri dan memastikan pengelolaan museum yang lebih profesional dan sesuai standar terbaik dalam pelestarian, pemeliharaan, dan pemanfaatan museum dan warisan budaya," ujar Plt Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra.