Pilih Kemasan Plastik Secara Bijak untuk Jaga Kesehatan Reproduksi
Sejumlah pihak telah angkat suara soal adanya kemasan plastik yang berpotensi menggangu kesehatan. Salah satu persoalan yang dianggap dipicu oleh plastik dengan Bisphenol A (BPA) adalah persoalan kesehatan reproduksi.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Ir. Evi Mutia M. Kes mengatakan, gangguan yang ditimbulkan itu macam-macam bentuknya, bisa berupa infertilitas (mandul), tergerusnya jumlah dan kualitas sperma, terganggunya libido, dan kesulitan mengalami ejakulasi.
Kemasan plastik mengandung BPA juga ditengarai bisa mengganggu pertumbuhan embrio, janin, terjadinya feminisasi pada laki-laki karena kemampuan BPA masuk ke dalam plasenta dan air susu ibu (ASI).
"Dampak negatif BPA bisa mengganggu sistem reproduksi pada pria maupun wanita, mempengaruhi fertilitas dan berisiko terhadap kanker prostat pada pria. Hingga membuat penurunan libido, sulit ejakulasi, diabetes, gangguan ginjal, kanker payudara hingga memicu perkembangan kesehatan mental autism spectrum disorder," kata Evi, Kamis (3/8/2023).
BPA sendiri adalah senyawa kimia yang digunakan dalam produksi plastik polikarbonat. Senyawa ini berfungsi sebagai pengeras plastik yang membuat kemasan makanan dan minuman menjadi lebih tahan lama dan dapat digunakan berulang kali.
Namun, dibalik manfaatnya itu, BPA menjadi masalah serius karena kemampuannya meniru hormon estrogen dalam tubuh.
Dunia kesehatan menyebut BPA berbahaya karena kemampuannya sebagai "endocrine disruptor" atau zat yang mengganggu sistem endokrin. Zat ini dapat merusak keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon reproduksi.
Karena itulah, dampaknya dapat mengancam kesuburan pria dan wanita. Sejauh ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan hasil temuan lapangan, mengenai terlampauinya ambang batas BPA yang berisiko pada manusia pada kemasan galon berbahan polikarbonat.