Penolak Coldplay Sebut Bangkitkan Ekonomi Itu Basmi Koruptor, Konser Bisa Gratis
Saujana
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID — Konser Coldplay, 15 November mendatang disebut-sebut bisa memberikan efek domino tersendiri terhadap perekonomian Indonesia. Sebuah konser, terutama skala besar yang mendatangkan artis dengan basis penggemar tinggi, dianggap dapat memberi dampak ekonomi masyarakat.
Tetapi menurut Wakil Sekjen PA 212, Novel Bamukmin, untuk membangkitkan ekonomi masyarakat, tidak hanya bisa berpatokan pada sebuah konser. Menurut dia, kenapa Indonesia tidak fokus membasmi koruptor?
“Soal ekonomi itu yang harus dipikirkan adalah korupsi, pengemplang pajak. Kalau mau konser berkaitan Islam, misalnya, mungkin tidak perlu bayar, kalau tidak ada korupsi, ada hasil tambang emas, insyaAllah kita sejahtera, konser musik kita danai, kita dukung,” kata Novel dalam tayangan bertajuk “Geger Penolakan Pelangi di Balik Konser Coldplay” TvOne, disimak beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Novel mengatakan Indonesia itu mengusung pancasila, dan dia ingin menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal yang dia perjuangan yaitu untuk dakwah. Majelis 212 disebutnya begitu luar biasa. Ketika melakukan sebuah gerakan, rumput saja bisa dijaga, apalagi persatuan.
Sebelumnya, Persaudaraan Alumni (PA) 212 diberitakan menolak penyelenggaraan konser Coldplay dengan beberapa alasan. Salah satunya karena bertentangan dengan agama dan nilai Pancasila, yang mana Coldplay disebut-sebut merupakan pendukung LGBT dan ateisme.
\"Jelas kami dari PA 212 menolak konser Coldplay yang mendukung LGBT, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, dan Coldplay bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila,\" kata Novel kepada Republika.
Sementara itu, Coldplay dipastikan akan manggung di stadion GBK, 25 November 2023. Puluhan ribu tiket yang ditawarkan pada periode prajual dan penjualan umum sudah terjual habis.
