Lentera

Mengenal Teknologi dalam Pengelolaan Ribuan Sumur Tua

Semburan api dari sumur tua di Desa Sukaperna, Tukdana, Indramayu, Jawa Barat, pada Sabtu (3/4/2021).
 
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat energi Institut Teknologi Bandung (ITB) Wawan Gunawan A Kadir mengatakan, bahwa ribuan sumur idle sedang dianalisis. Pengelolaannya bisa menggunakan beberapa teknologi dari Enhance Oil/Gas Recovery (EOR/EGR).
 
Sumur idle merupakan sumur tua yang sudah tidak beroperasi, namun memiliki cadangan energi yang bisa dipompa kembali. Menemukan sumur sumber energi ini seperti menemukan harta karun, untuk itu, diperlukan teknologi EOR/EGR untuk menjalankan kembali fungsi sumur-sumur idle tersebut.
 
“Banyak teknologi EOR/EGR yang digunakan untuk peningkatan produksi, contohnya menggunakan CO2, air, sulfaktan, dan sebagainya,” ujar Wawan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/10/2023). Teknologi ini dianggap bisa mengembangkan ladang migas, meningkatkan produksi, dan mengurangi emisi.
 
Menurut Wawan, yang menjadi perhatian paling utama dalam mengoptimasi sumur-sumur tua, antara lain kadar tekanan yang diharapkan mampu mendorong minyak ke permukaan tanah. “Jika tidak ada atau tekanannya melemah, maka harus dilakukan pemeliharaan tekanan,” kata dia.
 
Menurut Guru Besar di Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut, perlu dilakukan analisis terlebih dulu untuk mengetahui kondisi sumur-sumur idle. Apakah masih bisa dioptimalkan atau tidak. 
 
Untuk sumur yang bisa dioptimalkan pun masih harus dianalisis, termasuk untuk menentukan teknologi dan alat apa yang digunakan untuk mengoptimalkan masing-masing sumur. Sebab, setiap sumur memiliki karaktersistik berbeda.
 
“Jadi, sumur-sumur idle itu tidak bisa dioptimasi dengan satu teknologi saja. Harus dipilah-pilah teknologinya dan dilihat lagi kondisi reservoirnya. Caranya, bisa saja PHE (PT Pertamina Hulu Energi) mengelola sendiri atau bekerja sama dengan mitra,” kata Wawan.