Lentera

Worldcoin Picu Kekhawatiran Banyak Negara, Termasuk Jerman dan Inggris

Worldcoin meluncurkan The Orb, verifikasi identitas dengan scanning mata, hal ini memicu kekhawatiran di beberapa negara.

SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Worldcoin, proyek kripto yang didirikan oleh CEO OpenAI, Sam Altman, menjadi sorotan. Ini dikarenakan verifikasi identitas menggunakan The Orb memicu kekhawatiran di banyak negara.

Worldcoin adalah proyek mata uang kripto yang melakukan id biometrik dan dompet digital, khususnya scanning mata. Worldcoin melakukan verifikasi identitas pengguna dengan metode proof-of-personhood (PoP). Metode ini melibatkan scanning mata menggunakan perangkat bernama The Orb.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dengan semakin berkembangnya teknologi artificial inteligence (AI), Worldcoin menyediakan cara mudah bagi setiap orang untuk memverifikasi bahwa mereka adalah manusia sungguhan, bukan bot atau algoritma AI.

Kripto Worldcoin telah memberikan banyak kemudahan, tapi beberapa masalah dari kripto ini juga harus diperhatikan termasuk verifikasi identitas dengan The Orb.

Worldcoin menggunakan bola pengimbasan iris untuk menangkap dan mengesahkan data biometrik unik individu. Hingga saat ini, sudah ada sejumlah negara menuding cara verifikasi identitas ini berisiko membocorkan data penggunaan dan menimbulkan masalah kesehatan.

Di tengah-tengah perjuangan pelaksanaan proyek kripto Worldcoin di Kenya, Worldcoin dituduh oleh pemerintah Kenya melakukan penipuan data dengan mengatakan ketibaan proyek itu ke Kenya terlihat seperti ‘sekumpulan penjahat yang datang untuk mengumpulkan data anak muda’.

Selain kebocoran data pribadi, metode verifikasi identitas dengan scanning mata ini juga memicu kekhawatiran tentang kesehatan. Kementerian kesehatan Kenya, Susan Nakhumicha Wafula mengatakan, teknologi pengimbasan iris berpotensi mendedahkan ratusan ribu rakyat Kenya kepada risiko kesehatan.

Dengan banyak kekhawatiran, Worldcoin menghadapi pengawasan yang ketat secara global, karena badan regulator menyuarakan kekhawatiran terkait penanganan informasi pribadi dan data biometrik perusahaan.

Tak hanya dikritik oleh negara-negara berkembangan, negara-negara maju Eropa seperti Jerman dan Inggris juga melakukan pemeriksaan terhadap Worldcoin.

“Kami mencatat peluncuran Worldcoin di Inggris dan akan melakukan penyelidikan lebih lanjut,” kata juru bicara Kantor Komisi Informasi Inggris dilansir dari Reuters beberapa waktu lalu.

Sejak November 2022, Pengawasan Perlindungan Data (BayLDA) Jerman telah memulai penyelidikan terhadap aktivitas Worldcoin. Pimpinan BayLDA, Michael Will mangatakan, teknologi seperti Worldcoin berpotensi disalahgunakan untuk mengirimkan informasi keuangan dan menimbulkan risiko.

Dengan popularitas Worldcoin semakin meningkat di Indoneisa, lembaga dan kementerian yang terkait diharapkan memperkuat pengawasan dan terus menyempurnakan kebijakan demi menjaga keamanan kripto Worldcoin.

Khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang wajib berfungsi dalam mengawasi Worldcoin dan memperbaikan sistem pengawasan terhadap Worldcoin.