Hidangan Thailand Ini Sangat Mematikan, Satu Gigitan Bisa Menyebabkan Kanker
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah makanan populer di salah satu daerah termiskin di Thailand, menjadi makanan paling mematikan. Seorang ahli bedah mempunyai misi untuk mengedukasi dan menghentikan penduduk setempat untuk mengonsumsi makanan lezat itu, yang berpotensi menyebabkan penyakit berbahaya.
Orang Inggris telah lama menyukai masakan Asia, mulai dari ayam asam manis hingga sushi, tapi ada satu hidangan Thailand yang mungkin patut dihindari. Dikenal sebagai koi pla, resepnya terdiri dari ikan mentah cincang yang digiling dengan campuran bumbu, rempah-rempah, dan jus lemon.
Makanan ini populer di kalangan penduduk setempat provinsi Khon Kaen, dan khususnya di salah satu daerah termiskin di negara itu, Isaan. Namun, mengonsumsinya memiliki risiko yang sangat besar. Mengonsumsi satu gigitan ikan ini saja bisa menyebabkan seseorang terkena kanker hati dan kematian.
Namun ikan mentah itu sendiri bukanlah penyebab potensial penyakit tersebut. Sebaliknya, yang menjadi penyebabnya adalah parasit cacing pipih (atau cacing hidup) yang hidup di dalamnya. Parasit ini berasal dari ikan air tawar di daerah Mekong.
Hal tersebut menyebabkan Isaan menderita kolangiokarsinoma, atau kanker saluran empedu, dengan laporan tertinggi di dunia karena tingginya konsumsi makanan tersebut. Hidangan karsinogenik ini diperkirakan menjadi penyebab 20.000 kematian di Thailand setiap tahunnya.
Sekarang, seorang dokter sedang berusaha untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk tidak mengonsumsi makanan tersebut. Ia bersemangat melakukannya lantaran orang tuanya meninggal karena kanker hati setelah memakan makanan tersebut.
Dilansir dari Mirror, Ahad (17/9/2023), ahli bedah hati Narong Khuntikeo mengatakan bahwa hal ini telah menjadi beban kesehatan yang sangat besar di Thailand. “Tapi tidak ada yang tahu tentang hal ini karena mereka mati dengan tenang, seperti daun-daun yang berguguran dari pohon,” ucap dia.
Dikenal sebagai 'pembunuh diam-diam', kanker hati memiliki tingkat kelangsungan hidup terendah jika tidak diobati. Khuntikeo telah bekerja selama empat tahun terakhir dengan tim ilmuwan, dokter, dan antropolog untuk menguji parasit di desa Isaan.
Dengan menggunakan mesin ultrasonografi dan alat tes urine, ditemukan bahwa sekitar 80 persen orang di beberapa kelompok itu telah menelan parasit mematikan tersebut. Khuntikeo telah mencoba mendidik penduduk setempat tentang bahaya memakan koi pla.
Pejabat kesehatan juga telah mengembangkan kurikulum sekolah untuk mendidik anak-anak mereka, tentang risiko makanan mentah. Namun ahli bedah tersebut mengakui bahwa mematikan kebiasaan generasi tua adalah tugas yang sulit.
"Mereka akan berkata, 'Ya, ada banyak cara untuk mati'. Tapi saya tidak bisa menerima jawaban ini,” ujar Khuntikeo. Para pecinta koi pla mengklaim bahwa jika mereka memasak ikan (yang berfungsi membunuh parasit secara efektif), akan merusak rasa makanan.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/placeholder.jpg)