Genta

Review Film "Borderlands": Konflik Klasik dengan Bumbu Komedi Segar

Foto adegan film "Borderlands".
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada risiko besar yang dihadapi studio dan sineas tatkala menghadirkan film adaptasi video game. Nama besar dari video game yang sudah terkenal berikut basis penggemarnya sejalan dengan ekspektasi tinggi, baik dari segi visual, pemeran, dan alur cerita.

Hal itu juga berlaku untuk film Borderlands, yang tayang di bioskop Indonesia mulai 9 Agustus 2024. Para penggemar berat gim pasti tahu bahwa sinema arahan sutradara Eli Roth tersebut diangkat dari gim video Borderlands besutan Gearbox Software.

Apakah Borderlands nantinya akan menjadi salah satu dari deretan film adaptasi video game yang sukses di pasaran, tentunya itu kembali kepada penerimaan basis penggemarnya secara global. Namun, jika membicarakan Borderlands dari kacamata penikmat film, sinema ini layak mendapat perhatian.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Pentingnya Hair Oil untuk Menutrisi Rambut

Mengusung genre aksi petualangan dan fiksi ilmiah, film Borderlands berlatar di galaksi. Tokoh utamanya adalah pemburu bayaran tangguh bernama Lilith (Cate Blanchett). Dia mendapat misi dari Atlas (Edgar Ramírez) untuk menemukan putrinya yang diculik.

Misi itu membuat Lilith harus kembali ke kampung halamannya, Pandora, planet paling kacau di galaksi. Upaya pencarian putri Atlas, Tiny Tina (Ariana Greenblatt), rupanya membuat Lilith membentuk aliansi tak terduga dengan sejumlah sosok.

"Teman baru" Lilith termasuk robot bernama Claptrap (Jack Black), tentara bernama Roland (Kevin Hart), petarung liar bernama Krieg (Florian Munteanu), serta illmuwan eksentrik bernama Tannis (Jamie Lee Curtis). Bersama-sama, mereka menguak salah satu rahasia terbesar di Pandora.

Baca Juga: Meghan Markle Mengatakan Membuka Diri Soal Pikiran Bunuh Diri Itu 'Bermanfaat'

Foto adegan dalam film "Borderlands".

Konflik Klasik dan Bumbu Komedi Segar

Menilik dari konflik yang direntangkan, sebenarnya formula di film ini klasik saja. Ada tokoh utama yang punya masa lalu misterius dan berkubang dalam masalah relasional, sejumlah tokoh yang tadinya lawan berakhir jadi kawan lalu membentuk "dream team", serta balutan legenda mitologi dan kekuatan super.

Para movie-goers pun akan mendapati film ini seakan punya gabungan beberapa elemen dari Star Wars, Guardians of the Galaxy, serta Alita: Battle Angel. Perhatikan itu pada lanskap beragam planet, gambaran Pandora yang kumuh, tokoh-tokoh 'alien', juga berbagai senjaya dan pesawat antariksa.

Meski konfliknya "begitu-begitu saja", film ini tidak terasa menjemukan sepanjang 102 menit durasinya. Terima kasih pada balutan komedi segar sepanjang film, yang bisa memicu good laugh pada timing tepat. Tidak salah memang melibatkan para aktor kocak seperti Kevin Hart dan Jack Black.

Tokoh yang diperankan dua aktor itu yang memang paling sering memicu tawa. Di sana-sini, ada pula balutan musik yang groovy, serta sisipan cerita dengan muatan emosional. Aspek lain yang sangat kuat juga tentunya adegan pertarungan keren dari tokoh Lilith.

Jadi, cukup layak menghabiskan hampir dua jam duduk di bioskop menyimak aksi Lilith dengan rambut jingganya yang mencuat. Bahkan bagi penonton yang tidak pernah memainkan video game Borderlands, film untuk 13 tahun ke atas ini lumayan menghibur hingga akhir.