Genta
Kenduri Budaya Sembilan Lokasi Jelang Ramadhan, Budayawan Teguh Haryono: Inilah Nusantara
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dua pekan pasca Kenduri Budaya Wayangan di Pantai Ngliyep Malang, Jawa Timur, rombongan Daulat Budaya Nusantara bersama Lesbumi PBNU menggelar Kenduri Budaya Serentak di sembilan Lokasi pesisir pantura (pantai utara) pulau Jawa. Mulai dari Banten, DKI Jakarta, Cirebon, Pekalongan, Rembang, Tuban, Lamongan, Sidoarjo dan Situbondo.
Tajuknya masih sama, Mengawal Kemenangan Indonesia Meruwat Nusantara Mendamaikan Indonesia. Namun, kali ini Kenduri Budaya mengajak masyarakat umum untuk meletakkan keberpihakan terhadap nelayan dan pesisir serta menghadap ke laut kembali. Artinya laut adalah halaman Nusantara.
“Alhamdulillah, kan nanti ada Megengan, Padusan, Munggahan dan banyak lagi ekspresi kebudayaan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Inilah Indonesia, inilah Nusantara dengan beragam budaya,” kata Budayawan Dr Ir Teguh Haryono, yang antusias mengikuti gelaran tersebut.
Menurut Teguh yang juga pakar pertahanan kebudayaan gerakan Daulat Budaya Nusantara, pilihan sembilan lokasi Kenduri Budaya secara serentak ini hasil dari diskusi Kenduri Budaya di Pantai Ngliyep 23 Februari 2024 lalu. Jaringan Nasional Gerakan Daulat Budaya Nusantara bersama Lesbumi PBNU, menyepakati, Kenduri Budaya sebelum datangnya bulan suci Ramadhan dengan menggelar Kenduri Budaya sebagai representasi dari budaya pesisir Nusantara.
“Betul sekali yang disampaikan Pak Teguh. Menjelang Ramadan, ada satu tradisi yang selalu dilaksanakan masyarakat Indonesia, yaitu selamatan yang populer dengan sebutan Megengan. Tradisi ini memiliki akar yang dalam pada budaya masyarakat Jawa, dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam menandai kedatangan bulan suci Ramadan,” kata Ketua Lesbumi PBNU, Kyai Jadul Maula.
Menurut dia, istilah ‘megengan’ sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Namun, dibalik makna sederhananya tersebut, terdapat kekayaan nilai-nilai dan makna yang mendalam. Megengan ini tidak hanya sekedar mengingatkan masyarakat akan pentingnya berpuasa selama bulan Ramadhan, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat tali persaudaraan dan kerukunan antar sesama.
Senada dengan Kyai Jadul dan Teguh Haryono, pengasuh Pondok Alam Adat Budaya Nusantara Mahapatih Narotama di Mojokerto, Gus Benny Zakaria, juga menyampaikan keberpihakan Gerakan Daulat Budaya Nusantara terhadap ekspresi kebudayaan masyarakat Nusantara yang mayoritas masyarakat pesisiran.
“Pekan depan kan sudah mulai puasa Ramadhan ya, bulan penuh berkah rahmat dan ampunan. Namanya manusia Nusantara, pasti ada bentuk-bentuk budaya yang ditunjukkan untuk menyambut bulan penuh kebaikan. Bentuk tradisi Padusan sampai Megengan itulah kenusantaraan yang tata nilainya mengakar di masyarakat,” ujar Gus Benny.