Genta

Pola Gig Economy Bisa Buat Generasi Muda Siap Bersaing di Tengah Disrupsi Teknologi

Ilustrasi seorang perempuan mengecek ponsel.
 
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Generasi muda Indonesia sudah mulai banyak yang menerapkan pola gig economy, sistem di mana seseorang dapat bekerja dengan bebas, independen, dan fleksibel tanpa terikat waktu dan tempat. Pola ini disebut-sebut dapat menyiapkan generasi muda untuk bersaing di tengah disrupsi teknologi.
 
“Kita sekarang sudah berada di era gig economy. Orang bekerja tidak lagi menjadi karyawan dari jam 9 sampai jam 5 di kantor. Mereka bisa jadi freelance atau pekerja mandiri, yang tidak tergantung pada slip gaji bulanan. Nah, para gig workers inilah yang akan kita cetak,” ujar juru bicara calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka, Emil Elestianto Dardak, dalam keterangan tertulisnya.
 
Pelaku gig economy bisa menerima pekerjaan dari banyak perusahaan atau klien, dari dalam dan luar negeri, tanpa harus menjadi pegawai di satu kantor. Dengan keterampilan yang memadai, Emil mengungkap, peluang generasi muda untuk bekerja berdasarkan output oriented bukan input oriented cukup besar.
 
Artinya, mereka berpotensi mendapatkan bayaran besar berdasarkan hasil pekerjaannya bukan durasi pengerjaannya. Seperti pencipta lagu yang membuat lagu kurang dari satu jam, yang tidak dibayar dari berapa lama ia membuat lagu, melainkan dengan akumulasi dari kreativitasnya.
 
“Jadi yang kita siapkan adalah produktivitas bahwa format bekerjanya tidak lagi berapa lama mantengin layar komputer, tapi seberapa bagus produktivitasnya,” ucap Emil.
 
Bagi mereka, penting untuk mensinergikan antara dunia industri dengan pendidikan vokasi. Sebab, salah satu tantangan saat ini adalah banyak tenaga kerja yang tidak terserap karena kemampuan mereka ternyata tidak dibutuhkan di dunia industri. 
 

 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca