Pengikut Instagram Masterchef Indonesia Turun Sampai 19 Ribu, Mengapa?
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masterchef Indonesia telah menjadi kompetisi memasak yang paling dinantikan di televisi, sejak kehadirannya di 2011. Pada season ke-11 kali ini, Masterchef Indonesia menelurkan kembali satu orang juaranya yakni Belinda. Tapi mengapa untuk pertama kalinya, pengikut Instagram Masterchef Indonesia menurun drastis?
Pengikut Instagram @masterchefina sebelumnya diketahui sebanyak 905 ribu, dan kini sudah di angka 886 ribu, dengan jumlah komentar reaksi negatif yang terus bertambah di unggahan terakhir. Penonton setia Masterchef Indonesia diketahui merasa kecewa dengan pemenang saat ini, yang dirasa tidak layak dibandingkan sang runner up, Kiki.
Pembicaraan mengenai hal ini juga menjadi trending topic X dengan kata kunci 'Kiki' yang dibicarakan sebanyak 91,2 ribu. Kemudian kata kunci 'Chindo' juga ikut trending X, ini mengacu pada pembenaran penonton yang mulai meyakini adanya pilih kasih pada peserta dengan etnis tertentu.
Kiki merupakan peserta grand final yang banyak dijagokan lantaran skill dan teknik memasaknya yang cerdas, meskipun ia hanya lulusan SMK. Namun ia hanya meraih juara kedua, dikalahkan oleh Belinda yang merupakan lulusan Le Cordon Bleu (LCB). Meskipun demikian, saat grand final, Belinda melakukan beberapa kesalahan, tapi tetap meraih juara pertama.
Bagi penonton Masterchef Indonesia yang ikut memberikan komentarnya, mengatakan Belinda ini bahkan belum cocok masuk ke Top 5. Sekali pun bisa melaju sampai babak grand final, banyak yang memprediksi Belinda akan menjadi juara kedua, berdasarkan dari komentar para juri juga yang lebih banyak mengkritik masakan Belinda.
Pemenang Masterchef Indonesia season 3 William Gozali atau yang akrab disapa Willgoz, angkat bicara mengenai hal ini. Ia menanggapi soal dugaan penonton yang menyebut pemenang selalu berdarah China-Indonesia atau disingkat Chindo. Ia mengaku bahwa saat kompetisi itu benar-benar murni kompetisi.
“Kalian mungkin berpikir, ‘Ya kan elu menang dari sana, pasti lu bilangnya nggak setting-an’. Gue nggak mau debat itu, lu boleh percaya boleh nggak, it’s only up to you. Dan gue nggak mau debatin hal yang emang itu balik lagi ke kepercayaan masing-masing,” papar dia dalam unggahan Instastory akunnya.
Willgoz memberikan perspektifnya mengapa pemenang Masterchef ini kebanyakan dari etnis tersebut. Dari setiap season, biasanya peserta yang ikut sekolah masak di sekolah-sekolah besar dunia itu beretnis tersebut, sementara orang Indonesia asli jarang sekali yang ikut sekolah masak profesional.
“Ini mungkin ya, gue bisa salah juga, karena majority kontestan Masterchef yang Chindo itu punya background culinary school. Sedangkan yang bukan Chindo jarang yang punya background culinary school, kalau pun punya, sorry banget nggak bermaksud apapun, levelnya agak berbeda,” ucap dia.
Menurut Willgoz, mereka yang punya kesempatan sekolah masak di luar negeri karena memang dibiayai orang tuanya, itu bukanlah kesalahan. Sehingga pengetahuan yang didapat itu menjadi bekal untuk dibawa dalam kompetisi. “Cuma ya emang lucu, menang lagi Chindo-nya,” kata dia sembari tertawa.
Tetapi reaksi Willgoz ini justru mendapat respon kontra dari warganet, terutama para penonton setia Masterchef Indonesia. Kebanyakan dari mereka menganggap, artinya pihak Masterchef Indonesia hanya akan memenangkan peserta yang pernah sekolah di luar negeri, meskipun ada peserta yang tidak sekolah di luar negeri lebih bagus.
“Tapi Kiki juga anak tataboga dan kerja di resto loh, dari segi yang dilihat penonton, yang dikomen juri dan ditunjukin di acara, Kiki sih udah unggul banget banget banget sih,” tulis akun @chiil***.
“Ya gini, kalau punya background culinary school yang buagus tapi skill sepadan dan seenggaknya ga jomplang, to be honest kita rela rela aja kok. Tapi ini udah terlalu fatal dan keliatan jomplangnya,” tulis akun @sekarno***.
“Tanggapan dia di luar konteks, seakan akan kaum dia (chindo) lebih di atas dari pada orang kita yang cuma sekolah di dalam negeri, tapi sebenarnya di lapangan, tidak selamanya orang yang belajar masak di luar bisa lebih hebat dari orang kita yang hanya punya pengalaman memasak,” tulis akun @ajieka***.
“Nah iya, aku juga mikirnya gitu... Padahal Jerry winner MCI7 juga ‘cuma’ lulusan sekolah kuliner lokal loh... Dan non-chindo pun ada kok yang sekolah di LCB kayak Mario dan Dhifa... Dan lagi sebenarnya yang ‘cuma’ lulusan sekolah lokal belum tentu pasti kualitasnya di bawah kan,” tulis akun @plottwist***.
“Nahhh kalau yang dilihat dari background, ini kompetisi sebenarnya pemenangnya dilihat dari skill apa background, percuma dong punya skill bagus, good knowledge, tapi kalah background. Mending bikin kompetisi adu background aja dahh,” tulis akun @geau***.
“Di liat backgroundnya chindo atau bukan,” tulis akun @ciyut***.
“Penilaian masakan bukan dari background ‘Culinary School’ tapi tergantung hasil dan rasa masakannya… Mbok mbok di pasar bisa kok diadu sama para juri Masterchef buat bikin gudeg atau sayur lodeh,” tulis akun @por**.
“Jadi ini kompetisi masterchef, apa kompetisi background nih. Menurut gue pribadi, makanan itu inovasi, selera, dan rasa, jadi percuma backgroundnya sekolah mana mana tapi skillnya nol. Ngerti teori doang tapi praktik nol, ngapain,” tulis akun @rerey***.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/placeholder.jpg)