Saujana

Ilmuwan Punya Teori Baru 'Bahan Penyusun' Bumi, Termasuk dari Komet yang Memantul

Foto udara kerusakan hutan (ilustrasi).

SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asal usul kehidupan di Bumi adalah salah satu misteri ilmiah terbesar di alam semesta. Saat ini, ada dua teori yang berlaku mengenai bagaimana hal ini terjadi di Bumi, yakni bahan-bahan untuk kehidupan muncul dari primordial soup di planet, atau molekul-molekul yang diperlukan untuk kehidupan di bumi dari tempat lain di kosmos. 

 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dengan mempertimbangkan teori terakhir, tim ilmuwan telah menemukan model pengiriman ini dan bagaimana hal itu bisa terjadi di planet-planet di luar tata surya.

 

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada 14 November di jurnal Proceedings of the Royal Society A, para penulis menjelaskan bagaimana komet yang "memantul" dapat mendistribusikan bahan mentah bagi kehidupan  yang disebut molekul prebiotik, ke seluruh sistem bintang. Tim fokus pada simulasi planet ekstrasurya berbatu yang mengorbit bintang seukuran matahari.

 

“Ada kemungkinan bahwa molekul yang menyebabkan kehidupan di Bumi berasal dari komet,” kata Richard Anslow, astronom di Cambridge Institute of Astronomy, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science, Sabtu (18/11/2023).

 

Jadi hal yang sama juga berlaku untuk planet lain di galaksi. Dalam beberapa dekade terakhir, para astronom telah membuktikan bahwa beberapa komet dan asteroid mengandung molekul prebiotik, termasuk asam amino, hidrogen sianida, dan vitamin, seperti vitamin B3. Meskipun tidak satu pun dari senyawa organik ini dapat membentuk kehidupan, semuanya penting bagi kehidupan yang kita kenal.

 

Para peneliti menemukan bahwa komet memang bisa mengantarkan molekul prebiotik utuh langsung ke planet, tetapi hanya dalam kondisi tertentu. Pertama, komet tersebut harus bergerak relatif lambat pada atau di bawah kecepatan 9 mil per detik (15 kilometer per detik). 

 

Jika tidak, panas yang akan ditemui saat memasuki atmosfer planet akan membakar molekul-molekul organik halus secara instan. Sebagai perbandingan, NASA memperkirakan Komet Halley bergerak dengan kecepatan sekitar 34 mil per detik, atau 55 km per detik, saat terakhir kali mendekati matahari, pada tahun 1986.

 

Tim menghitung bahwa tempat terbaik bagi komet untuk mencapai rem kosmik adalah di sistem “peas in a pod”, di mana sekelompok planet mengorbit dalam jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan komet yang datang memantul dari orbit satu planet ke orbit berikutnya seperti pinball. 

 

Saat bergerak, kecepatannya akan melambat, hingga akhirnya memasuki atmosfer salah satu planet dengan cukup lambat untuk menyimpan muatan prebiotiknya. Hal yang terpenting, peneliti juga menemukan bahwa planet yang mengorbit bintang yang lebih kecil atau planet dengan sistem yang kurang padat akan lebih kecil kemungkinannya untuk menerima pengiriman komet yang berhasil.

 

Meskipun ini mungkin bukan satu-satunya jalan bagi munculnya kehidupan di galaksi, para peneliti mengatakan simulasi mereka dapat membantu memberikan para ilmuwan ide yang lebih baik tentang di mana mencari kehidupan di luar bumi. Dan dengan lebih dari 5.000 eksoplanet yang ditemukan sejauh ini, mempersempit pencarian akan menjadi semakin penting.

 

Anslow mengatakan sangat menarik bahwa peneliti dapat mulai mengidentifikasi jenis sistem yang dapat digunakan untuk menguji berbagai skenario asal usul. “Ini adalah saat yang menyenangkan, mampu menggabungkan kemajuan dalam astronomi dan kimia untuk mempelajari beberapa pertanyaan paling mendasar dari semua pertanyaan yang ada,” ujarnya.