Tanggapan Tiktok Shop dan Analisa Larangan Pemerintah
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melakukan perlawanan terhadap TikTok, setelah melarang TikTok Shop. Upaya mengatasi konflik dengan Indonesia menjadi sangat penting bagi platform asal China itu.
Pemerintah di seluruh dunia juga telah menilai bagaimana Indonesia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara bergerak untuk mengekang kehadiran e-commerce raksasa media sosial tersebut. Itu hanya beberapa bulan setelah TikTok mengatakan akan menginvestasikan miliaran dolar ke Indonesia.
TikTok sudah menghadapi kemungkinan larangan dan pengawasan di negara-negara seperti AS, Eropa, dan India karena masalah keamanan nasional.
TikTok telah menolak kebijakan yang diusulkan. Perusahaan berpendapat bahwa memisahkan media sosial dan e-commerce ke dalam platform yang berbeda tidak hanya menghambat inovasi namun juga merugikan jutaan pedagang dan konsumen di Indonesia. Perusahaan mengatakan beberapa penduduk bergantung pada platformnya untuk mencari nafkah.
“Perdagangan sosial lahir untuk memecahkan masalah dunia nyata bagi pedagang kecil tradisional lokal, dengan mencocokkan mereka dengan pencipta lokal yang dapat membantu mengarahkan lalu lintas ke toko online mereka,” kata juru bicara TikTok Indonesia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Yahoo, beberapa waktu lalu.
Meskipun TikTok menghormati undang-undang dan peraturan setempat, perusahaan mengaku berharap peraturan tersebut mempertimbangkan dampaknya terhadap penghidupan lebih dari enam juta penjual. Selain itu ada hampir tujuh juta pembuat afiliasi yang menggunakan TikTok Shop.
Sementara itu, peritel daring tradisional akan mendapat manfaat dari pembatasan TikTok Shop. Saham Sea Ltd., yang unitnya merupakan pemimpin belanja daring di Indonesia, melonjak 12 persen di perdagangan New York pada hari Senin. GoTo Group, induk dari peritel daring, Tokopedia, menguat sebanyak 5,8 persen di awal perdagangan Jakarta.
Apa Kata Analis Bloomberg?
Nathan Naidu, analis Bloomberg mengatakan kemungkinan perpecahan operasi e-commerce dan media sosial TikTok di Indonesia dapat menghambat konversi lebih lanjut dari 125 juta pengguna aktif bulanan (MAU) lokalnya menjadi pembeli. Sehingga itu menguntungkan Sea's Shopee, seperti TikTok Shop, yang mengandalkan kategori kecantikan dan perawatan pribadi untuk sebagian besar produk domestiknya.
Tokopedia milik GoTo, yang memiliki 34 juta MAU pada bulan Agustus versus Shopee yang memiliki 138 juta MAU dan 37 juta MAU milik Alibaba, seharusnya lebih mampu mempertahankan pangsa GMV-nya di Indonesia, yang mendorong 90 persen penjualan grup tersebut pada tahun 2022.