
Kebanggaan yang Tidak Nyata
Sastra | 2025-05-30 18:16:07
Dalam cerpen “Anak Kebanggaan” karya A.A. Navis, kita dikenalkan pada sosok seorang ayah bernama Ompi yang begitu membanggakan anaknya—seorang yang dibayangkan menjadi dokter dan insinyur teknik yang kini bekerja di luar kota, konon di Jakarta. Cerpen ini menampilkan monolog sang ayah kepada para tetangganya, penuh pujian dan sanjungan terhadap kesuksesan anaknya. Namun, ada satu sosok yang justru absen dari keseluruhan narasi: sang anak itu sendiri.
Kebanggaan Palsu
A.A. Navis, melalui cerpen ini, secara tidak langsung sedang membedah satu penyakit sosial yang kerap muncul dalam kultur masyarakat modern: pencitraan. Anak bukan lagi manusia utuh dengan kegelisahan dan proses, tetapi hanya sebuah "aset" yang disusun rapi agar bisa dipamerkan dalam percakapan di ruang bermasyarakat. Prestasi sang anak menjadi lencana kehormatan orang tua, bukan jati diri yang tumbuh secara manusiawi.
"Mula-mula si anak dinamainya Edward. Tapi karena raja Inggris itu turun takhta karena perempuan, ditukarnya nama Edward jadi Ismail. Sesuai dengan nama kerajaan Mesir yang pertama. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum karena maling dan membunuh, Ompi naik pitam. Nama anaknya seolah ikut tercemar.
Dan ia merasa terhina. Dan pada suatu hari yang terpilih menurut kepercayaan orang tua-tua, yakni ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi mengadakan kenduri".
Kutipan tersebut semakin menegaskan bahwa Ompi menjadikan anaknya sebagai lencana yang sepatutnya tak memiliki celah apapun.
Anak yang Diubah Jadi Mitos
Cerpen ini bisa kita baca sebagai kisah seorang ayah yang mendongeng tentang anaknya. Dalam ketidakhadirannya secara fisik, ia hadir sebagai narasi yang dikendalikan. Apa yang disampaikan sang ayah bukan lagi kenyataan, melainkan tuntutan sosial: anak sebagai lambang kesuksesan keluarga, bukti keberhasilan didikan, dan memperkuat harga diri orang tua.
Namun, di balik kebanggaan itu, pembaca jeli bisa menangkap nada getir. Ketiadaan komunikasi langsung antara ayah dan anak membuka ruang bagi pembaca untuk bertanya: apakah sang ayah benar-benar tahu anaknya? Atau jangan-jangan, sang anak sudah terlalu jauh dari imajinasi yang ayahnya ciptakan sendiri?
"Tak usah dibacakan. Takkan sanggup aku mendengarnya. Aku akan mati lemas oleh kebahagiaan yang datang bergulung ini. Aku mau sehat. Mau kuat dulu. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku. Panggilkan dokter. Panggilkan. Biar aku jadi segar bugar pada waktu anakku, Dokter Indra Budiman, datang. Pergilah. Panggilkan dokter," kata Ompi dengan gembira.
Dan telegram itu dibawa ke bibirnya. Diciumnya dengan mesra. Lama. diciumnya seraya matanya memicing. Selama tangannya sampai terkulai dan matanya terbuka setelah kehilangan cahaya. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya
Bahkan dalam kutipan tersebut semakin mempertegas bahwa sosok anak yang dibanggakan oleh Ompi tak lebihnya dari sekedar mitos yang bahkan tidak mendapat ruang untuk bersuara dalam cerpen tersebut.
Melalui pendekatan dari sudut pandang yang tak ditampilkan, kita bisa memahami bahwa A.A. Navis sebenarnya sedang menggugat hubungan dalam berkeluarga dan bermasyarakat. Anak bukanlah cermin untuk membanggakan diri, bukan pula media promosi keluarga. Anak adalah manusia dengan jalan hidupnya sendiri.
“Anak Kebanggaan” mungkin akan terasa lebih menyentuh jika sang anak hadir, menolak mitos tentang dirinya, dan berkata: "Ayah, aku bukan siapa-siapa. Tapi setidaknya, aku ingin hidup sebagai diriku sendiri."
Dan barangkali, dari situlah kebanggaan sejati itu bermula.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.