Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Della Anggraini

WIKANA (Riwayat Hidup)

Sejarah | 2025-04-25 16:58:35

Wikana merupakan salah satu tokoh dari banyaknya anggota PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia lahir pada 16 Oktober 1914 di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ia pernah bersekolah di ELS (Europesche Lagere School), kemudian melanjutkan pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Pada masa mudanya ia aktif sebagai Angkatan Baru Indonesia dan Gerakan Rakyat Baru. Semasa zaman kolonial, Wikana menjadi pemimpin PKI bawah tanah di Jawa Barat. Ia juga berkawan dekat dengan Widarta tokoh PKI bawah tanah yang bertanggungjawab di wilayah Jakarta.

Pada tahun 1933-1941, Wikana menjadi wartawan untuk beberapa surat kabar dan majalah yang berhaluan kiri. Karya-karyanya sering menyoroti isu-isu sosial, ketidakadilan, dan perjuangan rakyat. Ia menggunakan platform ini untuk menyebarkan ideologi komunis dan mengancam pemerintahan kolonial Belanda.

Pada tahun 1946, Wikana diangkat menjadi Menteri Negara dalam kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Dalam hal ini, ia bertanggung jawab untuk mengawasi berbagai kebijakan yang berkaitan dengan sosial dan ekonomi. Sebagai menteri, Wikana aktif dalam pembuatan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat, terutama bagi kelas pekerja dan petani. Ia mendorong reformasi agraria dan perbaikan dalam kondisi kerja. Ia juga terlibat dalam negosiasi dan diplomasi, berusaha memperkuat posisi Indonesia di hadapan dunia internasional, terutama dalam perundingan dengan Belanda.

Pada tahun 1948, setelah terjadinya pergeseran politik dan meningkatnya ketegangan antara PKI dan pihak-pihak lain dalam pemerintahan, Wikana akhirnya mundur dari jabatannya. Ini menandai akhir keterlibatannya dalam kabinet pemerintahan.

Setelah menjabat sebagai Menteri Negara, Wikana diangkat sebagai Gubernur Militer pada tahun 1947, sebuah posisi yang dipegangnya hingga 1948 dalam konteks situasi politik yang sangat dinamis di Indonesia pasca-kemerdekaan. Dalam kapasitas ini, ia bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah yang dipimpin, terutama di tengah ketegangan yang meningkat antara Indonesia dan Belanda, yang masih berupaya untuk menguasai kembali wilayah kolonialnya. Sebagai Gubernur Militer, Wikana berfokus pada penguatan kontrol militer dan pengorganisasian pertahanan rakyat, serta berusaha untuk mengkonsolidasikan kekuatan PKI di tingkat regional. Ia juga mendorong mobilisasi massa untuk mendukung perjuangan kemerdekaan, berupaya untuk menggalang dukungan rakyat dan memperkuat semangat nasionalisme di kalangan penduduk. Namun, masa kepemimpinannya tidak lepas dari tantangan besar, termasuk konflik dengan pihak-pihak yang menentang kekuasaan PKI dan situasi ketidakpastian politik yang mendorong ketegangan antara berbagai faksi. Dalam periode ini, Wikana berusaha untuk menegakkan hukum dan ketertiban sambil tetap memperjuangkan cita-cita sosialisme yang menjadi landasan ideologisnya, meskipun harus menghadapi berbagai kesulitan dan ketidakpuasan dari rakyat yang menginginkan stabilitas dan keadilan.

Pada tahun 1951-1956, Wikana menjalani karir sebagai jurnalis di Indonesia, di tengah dinamika politik dan sosial yang kompleks pasca-kemerdekaan. Selama periode ini, ia terlibat dalam peliputan berbagai peristiwa penting, termasuk konflik politik dan sosial yang terjadi di tanah air. Dengan gaya jurnalisme yang kritis dan tajam, Wikana berusaha mengungkap kebenaran di balik berita dan menyuarakan aspirasi masyarakat. Perannya sebagai wartawan tidak hanya mencerminkan semangat kebebasan pers, tetapi juga menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan bangsa dan demokrasi yang sedang berjuang untuk ditegakkan.

Pada periode 9 November 1956 hingga 5 Juli 1959, Wikana menjabat sebagai anggota Konstituante Republik Indonesia, sebuah lembaga yang dibentuk untuk merumuskan undang-undang dasar baru setelah pengesahan UUD 1945. Dalam perannya ini, ia terlibat aktif dalam perdebatan dan penyusunan berbagai ide serta gagasan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan dan hak-hak dasar warga negara. Wikana, dengan latar belakangnya sebagai wartawan, membawa perspektif kritis dan pragmatis dalam diskusi-diskusi yang berlangsung, berupaya memastikan bahwa konstitusi yang dihasilkan mencerminkan aspirasi rakyat dan memberikan landasan yang kuat bagi pembangunan demokrasi di Indonesia. Masa jabatannya di Konstituante juga mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam mencapai kesepakatan di tengah perbedaan politik yang tajam.

Pada Oktober 1965, setelah kembali dari Beijing, ia langsung diamankan oleh tentara Indonesia untuk diinterogasi dan ditahan di KODAM Jaya. Pada keesokan harinya, ia diperbolehkan pulang. Kemudian, pada Juni 1966, sekelompok orang tidak dikenal mendatangi rumahnya di Jakarta Timur. Ia ditangkap dan menghilang, diduga ia adalah salah satu yang dibunuh dalam pembantaian di Indonesia 1965-1966.

Sumber:

Diakses Pada 25 April 2025: https://www.konstituante.net/id/profile/PKI_wikana

Diakses Pada 25 April 2025: https://arsipmanusia.com/biografi/pemimpin/wikana-golongan-muda-kemerdekaan/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image