Rana

Refleksi Krisis Iklim Melalui Karya Seni di Museum Basoeki Abdullah

Ruang pamer Museum Basoeki Abdullah.
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keadaan bumi yang semakin panas, berkurangnya persediaan makanan, penyebaran berbagai penyakit, bencana banjir dan kebakaran adalah sebagian dari kondisi alam yang kini kerap terjadi. Semua itu disebabkan oleh perubahan iklim dan pemanasan global.

Anak muda diajak menuangkan pandangan mereka mengenai krisis iklim lewat karya seni, tepatnya dalam bentuk lukisan. Lomba karya seni lukis bertema "Menyongsong Hari Esok" itu digelar Museum Basoeki Abdullah (Musbadul) untuk memperingati hari jadi ke-22.

Periode lomba telah dilakukan pada 11 Agustus 2023 hingga 20 September 2023. Melalui proses penjurian, sebanyak 45 karya seni yang terpilih kini dipamerkan di Musbadul pada 13 Oktober 2023 hingga 30 November 2023. Deretan karya seni anak bangsa itu menjadi refleksi mengenai perubahan iklim dan pemanasan global.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Buttonscarves dan LAICA Cetak Rekor MURI dengan Acara Pound Fit Serentak di 20 Kota

Kurator dan Dewan Juri Lomba Karya Seni “Menyongsong Hari Esok”, Gie Sanjaya, mengatakan bahwa isu krisis iklim sengaja dipilih, sebab saat ini menjadi prioritas bagi warga bumi. Lomba menyasar anak dan remaja, sebagai generasi penerus bangsa.

"Menggali ide dan proses kreativitas mereka untuk menyuarakan pandangan mereka terhadap isu ini. Melalui hasil karya seni lukis, tidak hanya dapat mencerminkan tantangan, tetapi juga reaksi dan tindakan yang dilakukan demi masa depan yang lebih berkelanjutan," kata Gie lewat pernyataan resminya.

Kegiatan lomba karya seni juga memiliki misi untuk menanamkan beragam pengetahuan mengenai seni dan budaya tradisional di Indonesia. Anak dan remaja ditantang untuk melukis dengan menggunakan bahan pewarnaan alami.

Baca Juga: Anak Kecil Yang Akrab Dengan Orang Tuanya Akan Tumbuh Menjadi ‘Prososial’

Hal ini bertujuan untuk mengingat dan menggali pengetahuan tradisional akan ragam pewarnaan alami, menyadari pentingnya bergotong royong, berbagai tugas, saling berbagi pengetahuan, berkarya bersama, mengelola mental, emosional, berinovasi ragam produk estetika yang ramah lingkungan, kolaboratif antara guru, pelajar, keluarga dan komunitas.

Dewan Juri perwakilan dari komunitas Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI),
Suroso, mengaku terkejut dengan hasil eksplorasi para peserta dalam menggunakan bahan pewarnaan alami. "Warna-warna yang dihasilkan melalui medium yang mereka pilih dan gunakan, akhirnya menghasilkan karya seni dengan warna yang sangat natural, indah dan beragam," tuturnya.

Lomba lukis tingkat nasional tersebut terdiri dari tiga kategori dengan subtema berbeda. Tingkat SD/MI/Sederajat mengusung subtema "Menyelamatkan Bumi: Tindakan Kecil, Perubahan Besar", tingkat SMP/MTs/Sederajat dengan subtema "Memelihara Alam, Menyelamatkan Planet Kita", dan tingkat SMA/SMK/MA/Sederajat dengan subtema "Menyelamatkan Bumi, Menjaga Alam Semesta".

Baca Juga: Pariwisata Australia Barat Merilis Kampanye 'Drive The Dream' Bersama Legenda F1 Daniel Ricciardo

Sejak Agustus 2023, rangkaian kegiatan juga meliputi sosialisasi, lokakarya daring dan luring, bercocok tanam, dan memilah sampah bersama. Kegiatan diikuti oleh 1.112 sekolah dari 170 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Selama pameran karya seni berlangsung, Musbadul juga melaksanakan berbagai program yang terbuka untuk umum seperti kegiatan diskusi, edukasi, dan berbagi pengalaman.