Pakar Sebutkan Tantangan Besar untuk Pasar Musik Digital Indonesia
![Ilustrasi seorang perempuan mendengarkan musik. (Foto oleh Freepik)](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/89i53zwbn9.jpg)
SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa tahun terakhir, pasar musik Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup stabil. Country director Believe Indonesia, Dahlia Wijaya, menilai hal itu sangat terkait dengan perkembangan streaming musik.
Dahlia menyebutkan, penikmat musik Indonesia adalah konsumen besar untuk musik on-demand. Dia mengutip laporan yang diterbitkan oleh Google, Temasek, dan Bain Company pada 2022, bahwa 38 persen orang di Indonesia menggunakan layanan musik on-demand setidaknya sekali sepekan.
Sebagai perbandingan, angka rata-rata konsumsi musik on-demand lewat layanan musik digital di wilayah Asia Tenggara hanya sekitar 28 persen. Dari jumlah yang tercatat di Indonesia, sebanyak 13 persen pengguna di Indonesia menggunakan layanan musik setidaknya selama satu jam per hari.
Ini terutama berlaku di daerah perkotaan, di mana 57 persen pengguna digital menggunakan layanan music on-demand. Beberapa kota utama di Pulau Jawa, Pulau Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua kini sudah memiliki akses internet yang lebih baik.
Selain itu, perkembangan musik lokal di sejumlah wilayah tersebut kini lebih dinamis. "Pusat kesenian ini sebelumnya hanya berfokus di Jakarta/Surabaya, namun bergeser dan mulai menyebar ke seluruh daerah," kata Dahlia lewat pernyataan resminya.
Pemain dominan pasar musik digital di Indonesia antara lain Spotify, YouTube (termasuk YouTube Music dan YouShorts), Resso, TikTok, Apple Music, serta platform lokal bernama Langit Musik. Sebagian besar menawarkan paket gratis dan premium.
Walaupun orang Indonesia menyukai musik, mereka tidak selalu mau membayar untuk mengaksesnya. Sebagian besar pun sangat berorientasi pada penggunaan video, yang mewakili sekitar lebih dari setengah pendapatan streaming.
Dahlia memperkirakan hanya kurang dari satu persen populasi penikmat musik Indonesia yang membayar untuk paket premium. Sebagai perbandingan, persentase pengguna paket premium di Thailand sekitar tiga persen, Cina sekitar sembilan persen, dan Amerika Serikat punya lebih dari 35 persen pelanggan berbayar.
Mengubah pengguna gratis menjadi pengguna berbayar adalah proses yang panjang dan sulit bagi platform musik digital. Penetrasi kartu kredit yang rendah di Indonesia menimbulkan hambatan teknologi, selain kesenjangan dalam jangkauan internet.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/b3a8b0d01bfa448cac41f979ece1a84c.jpg)