Rana

70 Pelaku Seni Suguhkan Keotentikan Jawa Purba

Barisan 70 pelaku seni Kesenian Jawa Purba, dalam Purbalingga Carnival Vaganza, Sabtu (24/12/2022). Dok Kie Art
Barisan 70 pelaku seni Kesenian Jawa Purba, dalam Purbalingga Carnival Vaganza, Sabtu (24/12/2022). Dok Kie Art

SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID — Mengiringi perjalanan Purbalingga, tumbuhlah benih-benih generasi muda dalam sebuah kelompok seni Kie Art. Kelompok ini tampil dalam Purbalingga Carnival Vaganza di hari jadi Purbalingga ke-192, pada 24 Desember 2022.

Sejak dua tahun lalu, Kie Art mengangkat kembali keadiluhungan peninggalan warisan nenek moyang seni-tradisi dan budaya, di sebuah desa terpencil yang berjarak 12 kilometer dari pusat kota, yakni Desa Sidareja.

Desa ini sedang bertransformasi menjadi Cartoon Village Sidareja, dengan nuansa kartun sebagai media edukasi dalam mengenal kembali seni-tradisi dan budaya leluhur Jawa. “Selain itu, berkembang pula tujuh kelompok seni baru di bawah naungan Kie Art Cartoon School,” ujar Pegiat Kie Art, Slamet Santosa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Suatu hal yang menarik, unik, dan otentik, di tengah ingar bingar pawai yang diwarnai dengan hal-hal serba modern, Cartoon Village Sidareja ini menampilkan kesederhanaan dan keotentikan leluhur Nusantara, dalam barisan 70 pelaku seni Kesenian Jawa Purba.

Barisan ini menggambarkan miniatur Kesenian Jawa Purba, yang biasanya diselenggarakan 21 jam, dengan pertunjukkan lebih dari 228 pelaku seni dari bersatunya 13 kelompok seni Desa Sidareja.

Mereka mengenakan baju Jawa kuno lengkap dengan ubo rampe, serta miniatur Watu Peninisan sebagai salah satu petilasan ciri khas Kesenian Jawa Purba versi Desa Sidareja.

Dok Kie Art
Dok Kie Art

Pasukan ritual Watu Peninisan dan jawara ujungan 112 tahun, mengitari Purbalingga dengan edukasi tentang Kota Purbalingga yang merupakan area kekuasaan dari Kerajaan tertua di Pulau Jawa, Kerajaan Galuh Purba, pada satu hingga enam Masehi.

Mereka juga mengingatkan kembali adanya peradaban tua yang terdapat di Purbalingga, dengan ditemukannya beberapa prasasti di beberapa daerah kota tersebut.

Tak hanya itu, tim Kesenian Jawa Purba juga mengajak para warga Purbalingga untuk berbangga menggunakan bahasa ngapak, yang merupakan bahasa tertua di Pulau Jawa.

Ketika barisan ritual Watu Peninisan memperagakan formasi Tarian Jiwa Peninisan lengkap dengan lantunan gamelan yang di mainkan secara langsung, suasana tiba-tiba menjadi sunyi.

Suasana khidmat ini juga ditengarai tiupan kerang perdamaian dan menggelegarnya bunyi Gong di langit Purbalingga. Gemulai sang penari tunggal, membuat suasana kemeriahan semakin terasa berbeda dan menunjukkan keotentikan Jawa.

Dok Kie Art
Dok Kie Art

Lalu terdengar merdunya sulukan Kesenian Jawa Purba, ‘Amiwiti pagelaran Kesenian Jawa Purba, kanggo njaga kabudayan adi luhung Indonesia, amiwiti pagelaran Kesenian Tanah Jawa, kanggo njaga kabudayan adi luhung Indonesia, amiwiti pagelaran Kesenian Purbalingga’.

Mini pertunjukan kecil di panggung penghormatan ini memiliki pesan yang mendalam, dengan menghantarkan ingatan akan betapa masyhurnya seni budaya dan tradisi Pulau Jawa ini, khususnya Purbalingga.

Rum Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya,” lantun Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono X, Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Yang bermakna, ‘Harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya’.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Instagram dan Tiktok @filmusiku