Tokoh Melayu Dukung Rempang Diubah Jadi Kawasan Hijau, Asalkan...
![Sejumlah permukiman, kolam ikan, dan ladang milik warga berada di dalam kawasan hutan Taman Buru Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Dok Antara/Teguh Prihatna](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/p8t8z11rue.jpg)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengembangan Kawasan Rempang sebagai The New Engine Indonesian's Economic Growth yang berkonsep Green and Sustainable City, mulai mendapat dukungan dari beberapa tokoh Melayu dan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Sosialisasi terkait rencana pengembangan Rempang pun sedikit banyak telah membuahkan hasil. “Pada prinsipnya, masyarakat mendukung program pemerintah itu secara utuh. Mudah-mudahan ini bisa berjalan baik,” ujar salah satu tokoh, Huzrin Hood, dalam dialog Pengembangan Rempang di Batam Center, Rabu (6/9/2023).
Di tempat yang sama, Panglima Lang Laut Kepri, Suherman, mengungkapkan hal senada. Menurut dia, masyarakat mendukung penuh pengembangan Kawasan Rempang. Dengan harapan, pemerintah dapat memikirkan nasib masyarakat ke depannya.
Tentu ini termasuk pemenuhan hak-hak bagi masyarakat yang telah turun temurun hidup di kawasan yang terdampak pembangunan Rempang. “Saya juga usul agar pemerintah dan PT MEG juga harus menyiapkan koperasi untuk masyarakat,” ungkap dia.
Anggota Bidang Pengelolaan Kawasan dan Investasi BP Batam, Sudirman Saad, menjelaskan bahwa pengembangan Kawasan Rempang juga akan meningkatkan iklim investasi dan potensi ekonomi Indonesia.
Bukan tanpa alasan, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Investasi RI telah mengambil keputusan agar Rempang dijadikan sebagai fasilitas hilirisasi pasir kuarsa atau pasir silika terbesar.
“Produk dari hilirisasi itu adalah dengan memproduksi energi terbarukan yaitu solar panel, yang digunakan untuk menghasilkan listrik dari matahari. Artinya, ada transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Ini terbesar di Indonesia,” kata dia.
Dengan nilai investasi sebesar Rp 174 triliun oleh PT Xinyi Internasional Investment Limited, Sudirman yakin jika proyek yang menjadi Program Strategis Nasional itu mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja dari masyarakat setempat.
Sehingga, ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat ke depan. “Ini bakal menjadi kampung nelayan (marime city) yang maju di Indonesia,” kata dia.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/jh6o4tlxqw-170.jpeg)