Ada Sekolah Internasional di Indonesia Sediakan Kamar Mandi Gender Netral?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Daniel Mananta menceritakan pengalamannya saat memilih sekolah untuk sang anak yang berusia 10 tahun. Ia hendak menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah internasional di Indonesia, dan betapa terkejutnya bahwa sekolah itu memiliki kamar mandi gender netral.
“Kemarin pas saya lagi ke sekolahan tersebut, saya datang, saya ke resepsionisnya. Di situ udah ada WC untuk laki boys, perempuan girls, sama gender neutral atau ya bilangnya di situ gender netral gitu kan. Dan saya cukup kaget,” ujar Daniel dalam podcast-nya bersama Quraish Shihab, yang cuplikan viral di TikTok.
Awalnya Daniel bercerita bahwa ia memang sedang mencari sekolah, berkeliling di Jabodetabek dan sekitarnya. Dan satu sekolah internasional ini, menurut Daniel, sangat terbuka dengan woke agenda, sebuah pergerakan untuk menormalisasikan seperti ‘you are what you feel’.
Misalnya, ketika seorang laki-laki merasa dirinya adalah perempuan, maka tidak apa-apa dan silahkan eksplor perasaan itu. “Ini adalah sebuah agenda yang mungkin sekarang in the 20 century, yang lagi digencarkan banget lah di Amerika,” ucap mantan host Indonesian Idol itu.
Karena kaget dengan tersedianya toilet tersebut, Daniel pun bertanya pada guru, ‘Kalian kok terbuka soal ini ya?’. Lalu guru itu menjawab, ‘Oh iya, karena kita sangat menghormati banget sama murid-murid kita’.
“Dan again, ini anak saya umur 10 tahun. ‘Justru kita harus membebaskan mereka dengan pilihan mereka. Kita tidak akan pernah bilang apakah pilihan mereka itu benar atau salah. Kita akan selalu membebaskan supaya mereka bisa eksplor feeling mereka lebih jauh lagi. Dan apapun yang kita bicarakan dengan counselor kita, tidak akan pernah kita bicarakan dengan orang tua murid’,” ujar Daniel menceritakan pengalaman itu.
Sembari tertawa khawatir, Daniel yang kerap juga mengunggah konten terkait keyakinannya sebagai Kristen, mengaku tidak ingin anaknya datang ke sekolah yang menerapkan agenda terselubung seperti itu. “Akhirnya saya nggak pernah ajak anak saya ke sekolah itu lagi,” ucap Daniel.
Ia juga bercerita bagaimana kondisi di Amerika Serikat sendiri menyoal gender confusing. Semua orang di sana, mulai mempertanyakan apa gender mereka karena sudah bermacam LGBTQIA++++. Tidak hanya gender, di sana masalah perceraian mulai dinormalkan dan masalah aborsi yang juga dinormalkan.
Sebagai seseorang yang memegang teguh keyakinan beragama, Daniel berharap semua yang percaya dengan agama yang dianut masing-masing, mau berpegangan tangan untuk mencegah agenda ini. Serta mengajak semua orang, mari beragama, karena semua agama mengajarkan cinta, kasih, dan kebaikan.