Teknologi Sebabkan Jiwa Anak Muda Lebih Rapuh
![Kebutuhan teknologi dalam setiap aktivitas (ilustrasi). Dok Pixabay](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/ebdiqh2ea8.jpg)
JAKARTA — Mental health menjadi istilah anak-anak muda masa kini, yang seringkali dijadikan tameng dalam situasi tertentu. Praktisi Psikologi, Hening Widiastuti, mengatakan kondisi kejiwaan anak-anak muda sekarang lebih rapuh karena dampak dari teknologi.
Ketika merasa lelah sedikit saja, mereka akan langsung butuh healing atau liburan. Ketika apa yang diinginkan tidak sesuai harapan, langsung merasa stres luar biasa, bahkan dalam beberapa kasus melabeli diri mereka pengidap suatu sindrome mental health tertentu.
“Ini yang membedakan remaja era sekarang dan dulu. Kita memang mengikuti jaman dan teknologi, tapi ya itu tadi kekurangannya. Karena semuanya dimudahkan melalui gawai, dimudahkan oleh fasilitas di sekitar, mental lebih rapuh,” ucap Hening kepada Republika.
Kerapuhan anak muda masa kini atau disebut Gen Z, didorong pula dengan faktor pendukung lainnya. Pertama, mereka tidak menyadari bahwa mereka berada dalam periode transisi menuju dewasa, yang menyebabkan pikirannya seringkali labil.
Kedua, mereka juga berada dalam proses pencarian jati diri, biasanya apapun hal yang menyenangkan dan membahayakan bisa saja dilakukan. “Akhirnya, banyak yang nekat melakukan hal-hal yang dampak negatifnya bahaya. Intinya perlu tahu (menyadari) kondisi psikologis dulu,” kata Hening.
Tetapi berlibur untuk melepas penat juga harus dilakukan jika memang stres yang dirasakan sudah menumpuk. Stres yang dipendam dapat menyebabkan pikiran blank hingga stuck, dan ini bisa menghambat proses kreatif dalam otak.
“Jadi kebosanan dan kejenuhan luar biasa di internal individu, itu memang sebaiknya harus di-release. Karena bahaya bila dipendam semua kebosanan dan aktivitas yang menjenuhkan, bisa bikin otak blank,” tuturnya.
Bagi sebagian orang, kategori berlibur adalah pergi ke tempat sejuk di alam pegunungan, ke pantai, ataupun ke tempat wisata lainnya, tapi, ada juga yang lebih senang menghabiskan hari libur ke toko buku, mendengarkan musik seharian. Semua tergantung pada preferensi diri asalkan tetap nyaman sembari merencanakan to do list ke depannya.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/jh6o4tlxqw-170.jpeg)